Jumat, 10 Desember 2010

MENGAPA SHALAT MENGHADAP KA'BAH

Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat
(peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian
pula) bulan Haram, had-ya, qalaid. (Allah menjadikan yang)
demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. ( QS. Al-Maidah (5) : 97 )
Adalah rekomendasi dari Allah yang tidak bisa di ubah lagi.
Walaupun menurut sejarah pernah terjadi pengalihan kiblat
sebagaimana dikisahkan oleh Al-Qurthubi, ketika shalat telah
diwajibkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang-orang
mukmin. Semula arah Kiblat sama seperti semasa leluhur
beliau, Nabi Ibrahim AS. Setelah hijrah ke Madinah (ada pula
ulama yang mengatakan menjelang hijrah) Allah SWT
memerintahkan agar beliau menghadapkan wajah ke Al-
Quds.
Rasulullah SAW biasa melakukan dengan berdiri
diantara Hajar Aswad dan Rukun Yamani, sehingga Baitullah
dan Baitul-Maqdis, dua-duanya, berada didepan beliau.
Menurut hadits Bukhari, Rasulullah Muhammad SAW
mengerjakan shalat dengan Kiblat Al-Quds selama sekitar 16
atau 17 bulan sewaktu di Madinah. Rasulullah SAW
sepenuhnya berserah diri kepada perintah Allah SWT.
Namun demikian beliau pun berharap bahwa Kiblat
hendaknya sama seperti semasa Nabi Adam AS dan Nabi
Ibrahim AS. Adapun Allah SWT Maha Mengabulkan harapan
insan-insan pilihan-Nya. Oleh karena itu Rasulullah SAW
sangat berharap bahwa keinginan beliau pun dikabulkan
Allah SWT. Berkali-kali Beliau menengadahkan wajah ke
langit, dari hari ke hari, mengharapkan turunnya wahyu
perihal kiblat.
Dan, Allah SWT pun berfirman :
Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke
langit, maka sungguh Kami akan palingkan kamu ke kiblat
yang kamu sukai. Maka palingkanlah wajahmu kearah
Masjidil Haram. ( QS. Al-Baqarah (2) : 144 )
Dengan diturunkannya wahyu ini, Allah SWT mengabulkan
keinginan Rasulullah SAW. Selanjutnya, perhatikanlah kata
‘syathra’ disini berarti bahwa orang-orang di negara lain
bilamana melaksanakan shalat hendaklah berusaha sebaik-
baiknya untuk menghadapkan wajah ke arah Masjidil Haram,
namun tidak perlu harus persis ke arah bangunan Ka’bah.
Akan tetapi, bagi mereka yang dapat melihat Baitullah wajib
menghadap tepat ke Ka’bah sewaktu mengerjakan shalat.
Penetapan Ka’bah sebagai kiblat, adalah untuk membedakan
antara ummat islam dengan ummat lainnya.
Ka’bah merupakan tempat yang sangat kaya dengan sejarah
sejak zaman nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.
Dan menurut penelitian ilmiah sekarang, yang menunjukkan
bahwa Ka’bah adalah :
Hasil konferensi itu mengimbau umat Islam sedunia
menjadikan Makkah–Ka’bah berada di 21 derajat 25 menit
lintang utara dan 39 derajat 50 menit bujur timur–sebagai
titik awal perhitungan waktu.
Alasannya sederhana, Makkah, menurut kajian ilmiah, adalah
‘pusat bumi‘.
Di dalam Al-Quran Al-Karim, secara tegas Allah SWT
menetapkan bahwa Ka’bah adalah rumah yang pertama
didirikan di muka bumi untuk menyembah Allah SWT disitu.
Kemudian manusia di seluruh dunia bila hendak
menyembah Allah SWT dengan cara sholat diwajibkan
menghadapkan diri mereka ke arah Ka’bah itu.
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk
manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. ( QS.
Ali Imron (3) : 96 )
Dan dari mana saja kamu , maka palingkanlah wajahmu ke
arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, maka
palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah
bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim
diantara mereka. ( QS. Al-Baqarah (2) : 150 )
Sejarah Ka’bah
Sejarah Ka’bah adalah sejarah sebelum peradaban manusia
ini diciptakan Allah SWT dan sebelum mereka turun ke
bumi.
Adalah para malaikat yang diperintahkan Allah SWT
untuk turun ke bumi dan mendirikan Ka ’bah lalu mereka
diperintahkan untuk bertawaf di sekelilingnya. Hingga datang
masa penciptaan Nabi Adam AS dan singkat cerita beliau
diturunkan ke bumi di wilayah yang sekarang bernama
India. Selanjutnya beliau berjalan mencari istrinya Hawa dan
ternyata di sekitar rumah Allah inilah beliau bertemu dan
kemudian tinggal lalu beranak pinak. Rumah Allah (Ka ’bah) ini
menjadi tempat untuk beribadah kepada-Nya sepanjang
masa, baik masa Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS atau nabi-
nabi lainnya.
Arab Jahiliyah Pun Tidak Menyembah Ka’bah
Sejak zaman Nabi Adam AS manusia tahu bahwa Ka’bah
bukanlah berhala yang disembah. Bahkan hingga masa
kehidupan bangsa Quraisy yang terkenal sebagai
penyembah berhala dan telah meletakkan tidak kurang dari
360 berhala di seputar Ka ’bah, mereka pun tidak terpikir
untuk menyembah Ka’bah. Bahkan orang Arab di masa itu
sering membuat tuhan dari makanan seperti roti, kurma dan
apapun yang menurut khayal mereka bisa dianggap menjadi
tuhan. Tapi tidak dengan Ka ’bah, karena dalam keyakinan
mereka Ka’bah memang bukan tuhan atau berhala.
Mereka
hanya melakukan ibadah dan tawaf di sekelilingnya. Ka’bah
bagi para penyembah berhala itu bukanlah berhala yang
disembah, Ka ’bah bagi mereka adalah rumah Allah SWT
untuk melaksanakan ibadah.
Bukti Lain
Hal itu bisa menjadi lebih jelas ketika raja Abrahah dari
Habasyah menyerbu ka ’bah dengan tentara bergajah.
Orang-orang Quraisy saat itu tidak merasa takut Ka’bah
mereka akan hilang, karena dalam diri mereka ada keyakinan
bahwa Ka ’bah itu bukan tuhan, tapi Ka’bah adalah rumah
Allah, tentu saja Sang Pemilik yang akan menjaganya. Abdul
Muttalib justru sibuk mengurus kambing-kambing miliknya
yang dirampas sang raja. Sedangkan masalah Ka ’bah, beliau
yakin sekali pasti ada Yang Menjaganya.
Di dalam Al-Quran Al-Karim, peristiwa itu diabadikan dalam
sebuah surat pendek :

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu
telah bertindak terhadap tentara bergajah ? Bukankah Dia
telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?, dan Dia
mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-
bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah
yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-
daun yang dimakan. ( QS. Al-Fiil (105) : 1-5 )
Niat Jelek Orientalis Plus Keawaman Umat Islam

Jadi hanya kalangan orientalis barat yang bodoh dan kurang
bacaan saja yang dengan pandirnya menafsirkan bahwa
orang arab jahiliyah dulu menyembah Ka ’bah.

Sungguh
sebuah analisa yang menelanjangi kedangkalan ilmu mereka
dan justru menjelaskan bagaimana ketelatan-berpikir mereka
atas kajian yang mereka tulis.
Apalagi bila sampai kepada kesimpulan bahwa orang Islam
menyembah Ka ’bah. Wah, sungguh betul-betul nampak
jelas betapa terkucilnya mereka dari dunia ilmu pengetahuan
dan sejarah.

Sekian wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar